Total Tayangan Halaman

Minggu, 26 Desember 2010

Erupsi Gunung Bromo dan Kesehatan

           Gunung berapi adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Salah satu gunung berapi yang saat ini sedang aktif adalah Gunung Bromo. Pada saat meletus, Gunung Bromo mengeluarkan material-material yang terdiri dari lava, tepra, dan gas. Jenis dan jumlah material yang dikeluarkan saat letusan, bergantung pada komposisi magma yang ada dalam gunung berapi tersebut. Beberapa istilah yang berkaitan dengan gunung berapi yaitu :
  1. Magma merupakan batuan pijar meleleh yang terdapat di dalam perut bumi.
  2. Lava adalah magma yang keluar dari gunung berapi saat terjadi letusan.
  3. Tepra disebut juga dengan material piroklastik (pyroclastic material).
  4. Wedhus gembel/awan panas bernama ilmiah pyroclastic density flow adalah gas.
           Secara umum kandungan 'wedhus gembel' adalah zat padat yang berbentuk debu vulkanik dengan ukuran mulai ash (lebih kecil dari 2 mm) sampai lapili (2-64 mm). Gas yang banyak terkandung dalam gunung berapi antara lain adalah uap air (H2O), karbon dioksida (CO2), dan sulfur dioksida (SO2); sedangkan gas lainnya dalam jumlah kecil adalah Klorin (Cl2) dan Fluorin (F2). Abu vulkanik/pasir vulkanik/jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan yang warnanya abu-abu. Warna dari abu vulkanik ini berasal dari besi oksida. Abu vulkanik dari Gunung bromo yang terbawa angin ke berbagai arah dapat membahayakan kesehatan warga sekitar, terutama pernafasan, mata, dan kulit.
1. Pernafasan
    Jika abu vulkanik masuk ke dalam pernafasan dengan jumlah yang cukup banyak dapat mengalibatkan  saluran pernafasan membengkak karena efek dari panasnya udara dan dapat menyebabkan iritasi karena bersifat asam (H2SO3 dan H2SO4). Iritasi yang dapat terjadi adalah iritasi saluran pernafasan bagian atas hingga bawah seperti batuk-batuk atau bersin. Namun, jika fasenya lebih lanjut maka dapat menyebabkan sakit tenggorokan, timbunan dahak, sesak nafas, juga kekambuhan pada penyakit paru apabila seseorang sebelumnya memiliki riwayat penyakit pernafasan. Akibat dari lanjutan dari iritasi saluran nafas yang terjadi adalah meningkatnya resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Sementara untuk efek jangka panjang bisa terjadi penumpukan debu di paru atau silica yang beresiko terjadinya silikosi. Antisipasinya adalah menggunakan masker yang aman, masker respirator (n95) yang bisa menyaring partikel-partikel kecil agar debu tidak bisa masuk dari samping. Masker biasa cukup tipis sehingga tidak bisa memproteksi 100% karena debu bisa masuk dari bagian samping dan atas.
masker medis
masker n95
2. Mata
    Jika abu vulkanik mengenai mata maka akan mengakibatkan iritasi bahkan kebutaan. Hal ini diakibatkan karena senyawa sulfur pada debu vulkanik dan udara bereaksi dengan air (air mata) menghasilkan asam sulfat. Asam sulfat merupakan asam kuat yang bersifat dapat mengikat air (sebagai zat pendehidrasi). Apabila mata sudah kontak dengan senyawa sulfur (SO3) maka untuk menetralkannya diperlukan air kapur atau natrium bikarbonat (NaHCO3). Pemberian air kapur dan NaHCO3 didasarkan pada prinsip penetralan asam dengan basa karena kedua zat tersebut bersifat basa. Referensi untuk membuat larutan kapur dan NaHCO3 sebagai penetral sangat sulit ditemukan dan bahkan hasil dari penetralan dengan zat basa justru akan menghasilkan garam untuk itu solusi terbaik adalah mengalirkan air pada mata hingga keadaan dirasa lebih baik. Pengaliran air pada mata dimaksudkan agar konsentrasi asam sulfat semakin menurun/encer dan bahkan asam sufat hilang karena terbawa aliran air. Selain asam sulfat terdapat juga silika dioksida (SiO2). SiO3 berbentuk padat berupa partikel debu yang memiliki struktur berpori dan berujung runcing. Jika SiO3 mengenai mata maka dengan bentuknya yang runcing dapat membuat permukaan mata tergores dan hal ini sangat membahayakan karena debu vulkanik juga mengandung SO3 seperti yang telah diterangkan di atas. Pencegahan agar SO3 dan SiO3 tidak mengenai mata adalah pemakaian kacamata khusus yang dapat menghalau debu vulkanik masuk dari berbagai arah.
goggle
3. Kulit
    Abu vulkanik yang mengenai kulit dapat mengakibatkan iritasi yaitu gatal-gatal bahkan kulit dapat terbakar jika abu masih panas dan jumlahnya banyak. Penyebab iritasi karena kulit terkena asam sulfat yang kemudian terasa gatal-gatal. Asam sulfat itu berasal dari SO3 pada abu vulkanik yang bereaksi dengan air ( keringat, uap air di udara). Pencegahan agar kulit tidak terkena abu vulkanik adalah menggunakan mantel saat naik sepeda motor dan memakai pakaian dan celana panjang. Jika sudah terkena abu vulkanik segera dicuci dengan air.
Dari sedikit pemaparan di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa erupsi gunung berapi dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Debu vulkanik yang dihasilkan mengandung zat kimia yang berbahaya jika terjadi kontak dengan tubuh dalam waktu yang cukup lama dan konsentrasi yang banyak. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi akibat erupsi gunung berapi :

Sumber :Kuliah kimia Lingkungan

Emiliana P. (08303244028)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar