Total Tayangan Halaman

Senin, 13 Desember 2010

Penggunaan Plastik dan Masalahnya Bagi Lingkungan


Tidak seperti bahan-bahan alam lainnya, plastic yang biasanya kita gunakan untuk membawa barang belanjaan, apakah dari pasar, bahkan dari pusat-pusat perbelanjaan yang megah sekalipun di Indonesia kebanyakan masih menggunakan plastik. Plastik yang kita gunakan sehari-hari ini merupakan sampah yang bersifat non-biodegradable, artinya sampah tersebut tidak dapat didaur ulang. Di Amerika misalnya, 30% volume sampah di Amerika Serikat terdiri dari plastik. Bagaimana di negara kita, Indonesia? Pada umumnya sampah plastik di Indonesia ditanggulangi dengan cara dikubur atau dibakar dalam incinerator, belum lagi ada yang dibuang ke sungai-sungai maupun tempat-tempat lain yang malah akan menimbulkan banyak masalah dikemudian hari. Nyatanya cara penanggulangan tersebut juga belum dapat menyelesaikan masalah. Plastik yang dikubur tidak akan membusuk sementara lahan tempat mengubur plastik semakin sulit dicari. Pembakaran plastik akan menyebabkan polusi. Misalnya, pembakaran PVC menghasilkan gas hidrogen klorida (HCl) atau gas klorin(Cl2). Berikut ini merupakan beberapa cara yang dapat dipertimbangkan untuk menanggulangi masalah plastik:
a. Daur ulang
Plastik termoplas dapat dibentuk ulang melalui pemanasan. Dapat juga didepolimerisasi sehingga diperoleh kembali monomernya. Akan tetapi, sulit sekali memilah sampah plastik menurut jenisnya. Sampah plastik seringkali merupakan campuran dari berbagai jenis. Dengan demikian juga mengandung plasticiser, pigmen warna, dan campuran bahan lainnya. Akibatnya, hasil daur ulangnya paling merupakan plastik dengan mutu yang lebih rendah dan kurang nilai ekonomisnya.
Di negara maju yang penduduknya sadar lingkungan, produsen mencantumkan kode yang menyatakan jenis plastik. Lalu di tempat­-tempat umum disediakan tempat sampah dengan berbagai kode, sehingga masyarakat dapat membuang sampah plastik menurut jenisnya.
b. Membuat plastik yang biodegradable
Sudah saatnya kita memikirkan nasib dari bumi ini yang terus-menerus mengalami penambahan polusi-polusi akibat ulah manusia. Dengan membuat plastik yang biodegradable, maka plastik akan hancur dalam beberapa tahun. Plastik biodegradable terbuat dari material yang dapat diperbaharui, yaitu dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid yang terdapat dalam hewan. Sampai saat ini masih diteliti berapa cepat atau berapa banyak polimer biodegradable ini dapat diuraikan alam. Di samping itu penambahan tepung pada pembuatan polimer biodegradable menambah biaya pembuatan plastik. Namun ini menjadi potensi yang besar di Indonesia karena di Indonesia terdapat berbagai tanaman  penghasil tepung seperti singkong, jagung, beras, kentang dan lainnya. Bukan tidak mungkin dikemudian hari Indonesia menjadi negara produsen terbesar plastik biodegradable.
c. Pirolisis
Apabila plastik dipanaskan hingga 7000C tanpa udara, maka molekul plastik akan terurai membentuk molekul-molekul sederhana. Campuran plastik yang biasa, seperti politena, polipropilena atau polistirena, ketika dipirolisis akan menghasilkan hidrokarbon sederhana serti etena atau propena atau benzena. Senyawa tersebut dapat dipisahkan melalui destilasi bertingkat. Hasilnya kemudian dapat digunakan untuk membuat berbagai bahan kimia termasuk plastik. Untuk sekarang ini, pirolisis dinilai tidak ekonomis, karena masih tersedia bahan baku yang lebih murah, yaitu dari minyak bumi dan gas alam.
Keuntungan yang diperoleh dari cara pirolisis, salah satunya adalah kita dapat menyortir limbah plastik menurut jenisnya.
(Dari Berbagai Sumber) 
(Seftian Pramudya 08303244020) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar